Kurang lebihnya siih begini nih bentuknya ::
(Mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche bank)
Dan diantara ketiga mata uang tersebut terdapat mata uang yang nilai tukarnya mengalami penurunan tajam yaitu mata uang Jepang. Peredarannya mencapai empat milyar sehingga mata uang Jepang tersebut menjadi sumber hiperinflasi. Alhasil lapisan masyarakat yang paling menderita pada masa itu adalah petani, karena diantara lapsan masyarakat yang lain merekalah yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.
Huft (︶︹︺)
Beginilah Sample bentuk mata Uang Jepangnya...
Mata uang Jepang (Dai Nippon Teikoku Seihu)
Setelah itu kekacauan ekonomi akibat hiperinflasi diperparah oleh kebijakan Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) Letjen Sir Montagu Stopford yang pada 6 Maret 1946 yang mengumumkan pemberlakuan mata uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang telah diduduki oleh pasukan AFNEI. Kebijakan ini diprotes keras oleh pemerintah RI, karena melanggar persetujuan bahwa masing-masing pihak tidak boleh mengeluarkan mata uang baru selama belum adanya penyelesaian politik. Namun protes keras ini diabaikan oleh AFNEI. Dan mata uang NICA digunakan AFNEI untuk membiayai operasi-operasi militernya di Indonesia juga sekaligus mengacaukan perekonomian nasional, sehingga akan muncul krisis kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI dalam mengatasi persoalan ekonomi nasional.
Karena protesnya tidak ditanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan kebijakan yang melarang seluruh rakyat Indonesia menggunakan mata uang NICA sebagai alat tukar. Langkah ini sangat penting karena peredaran mata uang NICA berada di luar kendali pemerintah RI, sehingga menyulitkan perbaikan ekonomi nasional.
Ni bentuknya
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj76S1PKOSssKVUwnfG9tk84g7Zb1Zm-HYnHxfN-B0_TJZBBws9kq6ol-auNIjL8yp6aT-9cM1C44Yj2cWA_y6BnmCwfEv3F0NyXFRvhXBlzdXQM23L0kDf82uAOck8mv7zgL7IFS2nrsU/s200/NICA+0,5,1,5.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9NO0DgkzwqFmShT3J2SMrvbMFoCbscv6MRy_I-vXcbu7tvG4YM9LKnDODpLs0VPBCnaT-D1IpjmWgpGSsWMnQAdrEVVRPljkmoAb6p4HNi23mnYOjbXrqPZVrijOzSMEy36qnxRJVnNc/s200/NICA+5,10,25.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiug0au1P8bSKVCoRn-ws1RzjfT9WbqFNKFdYlhSbjNqrMRZz0Hd2dNXffYHolCSV_k2Zc9lHAsJPlrBz6kBgugMNWCoDEoe1H6R7xunBviUHj5BYx9VWZzGzoBr0mcNOZakBiaJ7aVvus/s200/NICA+50,100,500.jpg)
Mata Uang NICA
Dan oleh karena AFNEI tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA, maka pada tanggal 26 Oktober 1946 pemerintah RI memberlakukan mata uang baru ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah RI. Sejak saat itu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche Bank dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata uang yang berlaku yaitu ORI dan NICA. Masing-masing mata uang hanya diakui oleh yang mengeluarkannya. Jadi ORI hanya diakui oleh pemerintah RI dan mata uang NICA hanya diakui oleh AFNEI. Rakyat ternyata lebih banyak memberikan dukungan kepada ORI. Hal ini mempunyai dampak politik bahwa rakyat lebih berpihak kepada pemerintah RI dari pada pemerintah sementara NICA yang hanya didukung AFNEI. (ok banget kan? ^_^ )
Nah untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia, pemerintah RI pada tanggal 1 November 1946 mengubah Yayasan Pusat Bank pimpinan Margono Djojohadikusumo menjadi Bank Negara Indonesia (BNI). Beberapa bulan sebelumnya pemerintah juga telah mengubah bank pemerintah pendudukan Jepang Shomin Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) danTyokin Kyoku menjadi Kantor Tabungan Pos (KTP) yang berubah nama pada Juni 1949 menjadi Bank tabungan Pos dan akhirnya di tahun 1950 menjadi Bank Tabungan Negara (BTN). Semua bank ini berfungsi sebagai bank umum yang dijalankan oleh pemerintah RI. Fungsi utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta pemberi jasa di dalam lalu lintas pembayaran.
DAN SEPERTI INI LAH BENTUK ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) (*^ -^*)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2AKhrd3dyPLU4S1js1DJ2Q-qrzc_r53-F8FArjKFWdJlRGefNbHtekplDpL834jsRFO0OrP6ZjhH1mmFaz5myUGDwefpeuMeJV3rthXDURnrAU39g0D20R60LJvQh8blIbe8gH1sJkQA/s400/5-sen-warna-1.jpg)
Tapi ternyata ORI juga banyak terbitannya loh, tidak tanggung- tanggung, ORI diterbitkan sebanyak tiga kali, ada ORI I, ORI II, dan ORI III, tapi dari sumber yang saya dapat, mengatakan bahwa ada juga ORI IV.. Nah looh....
Hmmm... Tapi disini saya hanya bisa berbagai info tentang 3 ORI saja...he
Capcuuus yuuk...(~ ̄▽ ̄)~
1. ORI 1
ORI 1 pertama dikeluarkan dengan pecahan bernilai 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah pada tahun 1946 tepatnya pada 30 Oktober ditandatangani oleh A.A Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi.Huhuhuhu...
O ya.. ORI pertama dicetak Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna...
Saya kasih contoh lagi nih ORI I ::
![](https://docs.google.com/drawings/pub?id=1nlpVspHcMAhAom9Hiiv6F6ccFusCXTNZUAZUvwE2usA&w=480&h=360)
2. ORI 2 (Tahun 1947)
ORI 1 pertama dikeluarkan dengan pecahan bernilai 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah pada tahun 1946 tepatnya pada 30 Oktober ditandatangani oleh A.A Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi.Huhuhuhu...
O ya.. ORI pertama dicetak Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna...
Saya kasih contoh lagi nih ORI I ::
2. ORI 2 (Tahun 1947)
Kalau ORI II hanya mempunyai 4 pecahan, yaitu 5, 10, 25 dan 100 rupiah. Tiga diantaranya yaitu pecahan 5, 10 dan 100 rupiah yang mempunyai bentuk sama dengan ORI I. Hanya pecahan 25 rupiah saja yang berbeda. Semua pecahan bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Uang-uang seri ini tidak mempunyai pengaman yang baik, hanya kualitas kertas dan rahasia pada kode kontrol nomor seri saja yang membedakan apakah uang ini asli atau palsu.
Nih ORI II ::
![](https://docs.google.com/drawings/pub?id=1xkps_sR2xkDg4TtWCSQxQm2-2KIv32gAkysBNP0ydPY&w=451&h=271)
Uang-uang seri ini tidak mempunyai pengaman yang baik, hanya kualitas kertas dan rahasia pada kode kontrol nomor seri saja yang membedakan apakah uang ini asli atau palsu.
Nih ORI II ::
3. ORI 3 (Tahun 1947)
Yang terakhir, ORI III, nah Seri ORI III terdiri dari 7 jenis pecahan dari yang terkecil yaitu 1/2 rupiah sampai dengan yang terbesar yaitu 250 rupiah. Bertanggal Djokjakarta 26 Djuli 1947 dan ditandatangani oleh Mr. A.A. Maramis. Pada seri ini jugalah terdapat salah satu pecahan terlangka dari semua seri ORI yaitu pecahan 100 rupiah Maramis. Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh pecahan 600 rupiah pada seri ORI IV.
![](https://docs.google.com/drawings/pub?id=1NhQQf3Qt5Wm6aO3EnefLXpmERN3EPMyBSa-FKdlT7v8&w=429&h=335)
![](https://docs.google.com/drawings/pub?id=1o3HAgrwEMM75BddaIGxQT1mLKad1r-EcsHp_JSDMrZU&w=481&h=370)
Nah terakhir dari pada nanti ada yang penasaran dengan ORI IV saya tunjukkan gambarnya ajah ya... (◡‿◡✿)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_s5kTQyoUF0mUMQyksMIYTbsoLkTMckAd2plo-c5AL5c_Y1O5mf7roQXliRUJOx5fCfx1KoFgBRdySjCleKU2p_370vxpvOr1KAzul9Z7-GR9WfoN9PiORRHHJLn38oFb6u1fp9eFgRYKxPDa1JsdI_rGVoppNLrmGiEw=s0-d)
Nah terakhir dari pada nanti ada yang penasaran dengan ORI IV saya tunjukkan gambarnya ajah ya... (◡‿◡✿)